[KBR|Warita Desa] "Nyanyian Akar Rumput", film dokumenter mengenai musikalisasi puisi-puisi karya Widji Thukul, ingin mengajak semua orang, khususnya pemerintah untuk menolak lupa terhadap kasus penculikan aktivis pada 1997-1998, jelang reformasi.
Yuda Kurniawan sang sutradara menjelaskan, film "Nyanyian Akar Rumput" mengajak penonton untuk mendengarkan kembali puisi-puisi karya penyair sekaligus aktivis hak asasi manusia (HAM) Widji Thukul. Serangkaian puisi itu ditampilkan menjadi lagu yang digubah dan dinyanyikan oleh putra Widji Thukul yaitu Fajar Merah bersama grup musiknya, "Merah Bercerita".
"Dan kebetulan kan ini tentang musik gitu, jadi harapan saya juga biar bisa mengena ke anak-anak muda. Nah terlepas dari itu juga, bagaimana kita ingin mengingatkan bahwa ada loh kasus seperti ini di Indonesia. Bagaimana pemerintahan Jokowi khususnya yang punya janji-janji kampanye untuk menyelesaikan kasus penghilangan paksa aktivis ini bisa dituntaskan," ujar Yuda Kurniawan saat konferensi pers di kantor Amnesty International Jakarta, Kamis (9/1/2020).
Melalui film dokumenter musikal yang ia garap sejak 2014 lalu, Yuda menyasar generasi milenial untuk memperkenalkan sosok aktivis HAM Widji Thukul. Ia menggambarkan Widji Thukul sebagai penyair rakyat yang gigih menyuarakan tentang HAM melalui karya-karyanya. Film "Nyanyian Akar Rumput" akan diputar di bioskop di beberapa kota besar mulai 16 Januari 2020.
Penculikan Widji Thukul terjadi menjelang pecah Tragedi Reformasi 1998. Saat itu gelombang perlawanan rakyat mulai meluas, dan teror politik dilakukan oleh Orde Baru melalui penangkapan dan penculikan aktivis-aktivis untuk menghentikan tuntutan demokrasi.
Hasil dari penyelidikan Komnas HAM tahun 2005-2006, masih ada 13 aktivis yang hilang pada periode 1997-1998, termasuk satu diantaranya Widji Thukul.
Sekilas Sosok Aktivis Thukul
Widji Thukul punya nama asli Widji Widodo. Lahir pada 26 Agustus 1963, di kota yang sama dengan tempat kelahiran Presiden Joko Widodo, Surakarta, Jawa Tengah. Thukul, begitu sapaan akrabnya, hilang sejak diduga diculik pada 27 Juli 1998 pada saat ia berusia 34 tahun kala itu. Thukul masuk dalam daftar orang hilang sejak 2000.
Pada Oktober 1989, Thukul menikah dengan istrinya Siti Dyah Sujirah alias Sipon yang saat itu berprofesi sebagai buruh. Pasangan Thukul-Sipon dikaruniai anak pertama bernama Fitri Nganthi Wani, kemudian pada 22 Desember 1993 anak kedua mereka lahir dan diberi nama Fajar Merah.
Pada 2002, Thukul pernah dianugerahi penghargaan "Yap Thiam Hien Award". Lalu, pada tahun yang sama film dokumenter tentang Widji Thukul pernah juga dibuat oleh Tinuk Yampolsky.
Saat penghilangan paksa aktivis dan penyair pelo asal Solo, Jawa Tengah, Widji Thukul terjadi pada 1998, Fajar Merah baru berusia empat tahun. "Aku cuma merasa kehilangan keceriaan dalam keluargaku. Ibuku tidak ceria kayak ibu-ibu pada umumnya," tutur Fajar suatu ketika.
Oleh : Astri Yuanasari
Editor: Fadli Gaper
Rubrik Berita ini, adalah hasil kerjasama website desa mojowarno dengan jaringan berita KBR68H Jakarta, yang dipublikasikan secara merata di seluruh Indonesai. Sehingga isi dan konten yang ada, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari KBR68H