lain yakni mengembangkan pusat informasi, hingga museum salak agar produk asli Bali ini tak mudah diklaim oleh daerah atau negara lain.
“Kami bersama pengelola Argo Wisata Abian Salak coba mengkonsep museum salak. Jadi intinya untuk mengajak anak muda sangat mudah, karena mereka memiliki jiwa interest,” katanya.
Apalagi salak di Sibetan ini ada 12 jenis. Menurut Gede Mastra Yang paling bagus adalah Salak Gula Pasir disusul Salak Gondok, Salak Nangka, Salak Nanas, Salak Merah, Salak Penyalin, Salak Kelapa dan Salak Pade.
“Yang paling manis salak gula pasir. Harga jualnya juga tinggi, bisa 40 ribu rupiah per kilogram,” katanya.
Sejumlah tim di Abian Salak juga melakukan riset pada kandungan salak. Ini dilakukan untuk meyakinkan konsumen, bahwa salak banyak manfaatnya, dan tentu meningkatkan perekonomian petani.
“Kami riset ternyata kandungan anti oksidannya tinggi, sehingga ini berpotensi menjadi salah satu kadar antisianin untuk menanggulangi kanker. Sehingga ini menjadi salah satu branding, jadi produk selain bermanfaat juga memiliki kandungan ilmiah yang bermanfaat,” ujar Asnawa.
Audio bisa disimak di
https://m.kbrprime.id/sagaReporter : Dwi Reinjani
Editor : Friska Kalia