[KBR|Warita Desa] Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berencana memasang alat peringatan dini tsunami IDSL (Inexpensive Device for Sea Level Measurement) di empat lokasi. IDSL tambahan rencananya akan dipasang di Sumatera Barat, yaitu di Teluk Bungus dan Mentawai, kemudian di daerah Selatan pulau Jawa, atau di kompleks Gunung Anak Krakatau dan di Lombok.
Saat ini telah terpasang IDSL di empat lokasi, yaitu di Marina Jambu Banten, Pulau Sebesi Lampung, Pangandaran dan Pelabuhan Sadeng DIY. Juru bicara BNPB Agus Wibowo mengimbau pada seluruh pihak untuk ikut menjaga alat tersebut. Pada bulan lalu terjadi pengrusakan terhadap IDSL yang terpasang di sekitar pulau Sebesi, Lampung.
"Ya kita bikin MoU dengan Kemendagri, dengan TNI, untuk minta bantuan menjaga alat-alat tersebut, itu salah satunya, yang kita lakukan itu. Sekarang kita sedang, tadi kepala memerintahkan kita untuk membahas dengan TNI, dengan Kemendagri, untuk mengamankan peralatan tersebut," kata Agus kepada KBR, Minggu (3/10/2019).
Kata dia, September lalu, Pusat Riset Kelautan KKP dan Pusat Penelitian Promosi dan Kerjasama Badan Informasi Geospasial (BIG), telah menandatangani kerja sama terkait upaya peningkatan kemampuan jaringan pasang surut (Pasut) BIG sebagai alat peringatan dini tsunami. Data IDSL dapat diakses secara gratis di website JRC-EC dan telah dimasukkan ke sistem BMKG sebagai salah satu alat Peringatan Dini Tsunami Non-tektonik. Selain BMKG, otoritas Australia, Bureau of Meteorology (BOM) juga telah memanfaatkan sistem IDSL Indonesia.
IDSL merupakan alat peringatan dini tsunami yang dikembangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan Uni Eropa (JRC-EC). Peneliti Pusat Riset Kelautan KKP Semeidi Husrin mengatakan, keunggulan dari IDSL ini adalah murah, karena satu unit IDSL harganya hanya sekitar 30 juta rupiah, sudah teruji, mudah dipasang, dan cepat.
"Yang paling penting, dia itu cepat. Dari si IDSL ini, dia mengukurnya itu rapat sekali. Jadi setiap 5 detik ya, kurang dari 10 detik lah, dia itu bisa mengukur perubahan muka airnya. Dan mentransmisi datanya ke server itu kurang dari 20 detik juga," kata Semeidi saat dihubungi KBR, Minggu (3/10/2019).
Siaga Tsunami
BNPB menyebut banyak daerah di Indonesia belum siaga tsunami. Hal itu diungkapkan Kepala BNPB Doni Monardo dalam acara peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana 2019 di Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Jumat (11/10/2019).
"Saat ini masih banyak daerah yang belum mendapatkan bantuan sensor gempa dan tsunami. Karena wilayah pantai Indonesia yang sangat panjang atau sekitar 190 ribu kilo meter, jadi tidak mungkin semua pantai mendapatkan fasilitas sensor tsunami," kata Kepala BNPB Doni Monardo seperti dilansir Antara, Jumat (11/10/2019).
29 Sensor Tsunami Tidak Berfungsi
Menurut Doni, Indonesia memiliki 29 sensor pendeteksi tsunami dan gempa. Namun, alat mitigasi bencana itu tidak berfungsi karena tidak dijaga dengan baik.
"Peralatan ini diadakan dengan harga mahal, tetapi tetap hilang dan tidak berfungsi, karena akinya, solar cell dan peralatan alat pendeteksi gempa dan tsunami tersebut hilang," kata dia.
Doni meminta agar aparat pemerintah dan masyarakat bisa bersama-sama menjaga alat mitigasi bencana.
"Pemerintah daerah harus menjaga alat-alat yang telah dihibahkan pemerintah pusat ke daerahnya. Seluruh elemen bangsa ini harus menjaga dan merawat alat ini. Pemerintah membiayai semua ini dari uang rakyat, jadi sudah kewajiban kita semua menjaganya," kata dia.
"Apabila ini sudah dilakukan dengan baik maka kita sudah menjadi pahlawan-pahlawan kemanusiaan, karena sudah mengurangi risiko korban bencana," tambahnya lagi.
Menurut peta yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia memiliki banyak daerah yang berpotensi dilanda tsunami, yakni:
Sepanjang Pantai Barat SumateraPantai Selatan JawaSelatan Nusa TenggaraUtara Nusa TenggaraPantai Timur ManadoKepulauan MalukuPantai Utara SulawesiBagian Barat SulawesiPulau-pulau kecil di Am