Sebuah cincin pelangi terlihat di langit Desa Mojowarno pada Selasa (01/10/2019) dan sebagian besar wilayah kabupaten Rembang. Salah satunya yang dilaporkan warga Desa, Sadar, seorang pedagang kelontong, yang melihat fenomena tersebut di siang hari sekitar pukul 10.30 WIB di depan rumahnya.
Sebagian masyarakat desa mojowarno menyaksikan fenomena alam langka tersebut. Terutama mereka yang beraktifitas di luar ruangan.
Banyak orang berpendapat bahwa fenomena alam tersebut, dikait-kaitkan dengan kejadian alam yang akan terjadi. Namun sebagian ahli astronomi berpikiran berbeda, bahwa ini merupakan fenomena alam biasa, yang biasa disebut “halo matahari”.
Halo matahari atau disebut juga Gloriole merupakan fenomena alam yang terjadi karena suhu udara meningkat. Akibatnya, suhu troposfer sangat dingin, antara minus 30-40 derajat celcius. Pada saat itulah uap air di lapisan troposfer berfungsi sebagai lensa yang dapat memantulkan matahari.
Fenomena ini, sama persis dengan terbentuknya pelangi. Namun, pelangi biasa terjadi pagi atau sore hari saat sudut matahari terhadap bumi masih relatif rendah, sedangkan halo matahari terjadi pada siang hari.
Warna halo matahari tak selengkap pelangi karena adanya perbedaan sudut pantul cahaya. Halo matahari biasa terjadi siang atau saat posisi matahari tepat di atas kepala. Sudut tegak lurus itu membuat warna yang terbiaskan tak selengkap pelangi.
Nah itulah mengapa halo matahari bisa terjadi. Karena fenomena alam ini jarang terjadi, dan sangat indah untuk dinikmati. Maka sudah sepatutnyalah kita bersyukur atas apa yang Tuhan berikan. Selamat menikmati “halo matahari”, semoga semakin menambah wawasan kita akan alam semesta ini.[]
Dihimpun dari berbagai sumber.
https://sains.kompas.com/read/2011/01/05/03563974/halo.matahari.peristiwa.alam.biasa
https://www.infoastronomy.org/2016/11/mengenal-peristiwa-halo-matahari.html